KENAPA JOKOWI JK MENANG DI SULAWESI TENGAH Oleh : MAHMUD S. LAOPO

Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden telah berlalu, Meskipun hingga saat ini masih banyak protes sana sini terkait dengan hasil, serta kecurangan di beberapa daearah. Di DKI Jakarta Misalnya telah dilakukan Pemungutan Ulang di 16 TPS yang ada, di karenakan adanya daftar Pemilih yang tidak terdaftar tapi ikut memilih dan lain sebagainya. Belum lagi di beberapa daerah. Terkait dengan hasil Pleno KPU di Sulawesi Tengah dengan Perolehan Suara Prabowo Hatta 45,13 % dan Jokowi JK 54,87 % saya pikir hal yang wajar dengan perolehan tersebut. Meskipun diatas kertas Pasangan Prabowo Hatta akan di perkirakan meraih kemenangan di sulteng tersebut, dengan melihat Koalisi Merah Putih yang hampir menguasai Parlemen di Kabupaten/ Kota serta Ketua-ketua Team Sukses adalah Bupati dan Wakil Bupati yang ada di Sulawesi Tengah. Namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan apa yang yang dihasilkan Jika melihat seperti Propinsi Gorontalo yang lebih mengunggulkan Prabowo Hatta. Selain Faktor Mesin Partai mungkin kurang bekerja, ada hal yang menjadi penentu pada raihan suara di Sulawesi Tengah yang lebih di unggulkan pada pasangan Jokowi JK ini. Hal ini tidak terlepas dari Karakteristik Pemilih yang ada di Propinsi Sulawesi Tengah di dua belas Kabupaten/ Kota. Yang Pertama Karakteristik Pemilih Intelektual, karakteristik ini biasanya terdapat pada masyarakat Perkotaan yang cenderung melek informasi dan ilmu pengetahuan yang lebih mudah di akses. Sehingga menjatuhkan pilihan berdasarkan factor nilai-nilai & Visi Misi serta Janji-janji Politik yang rasional, Gestur, Ketegasan, Kecerdasan, Penguasaan Materi pada saat Debat. Karakter pemilih seperti inilah yang kita harapkan dalam kehidupan berdemokrasi, sehingga benar-benar tercapai kualitas Pemilihan dalam menentukan Masa depan Bangsa. Ini terlihat di Kota Palu yang lebih mengunggulkan Pasangan Prabowo Hatta dengan Raihan suara 90.744 suara dan Jokowi JK 81.761 suara serta Kabupaten Sigi Prabowo Hatta 73.805 suara, Jokowi JK 50.563 suara yang lebih cenderung dekat dengan Ibu Kota Propinsi yang akses Informasinya yang lebih mudah didapat serta factor lainnya. Kedua Karakter pemilih emosional, ini adalah karakter yang mengedepankan persoalan emosi semata, sifatnya sangat pragmatis dan tidak terlalu mengedepankan Nilai-nilai perjuang yang di usung oleh Calon. Yang penting calon bisa memberikan apa yang dibutuhkan secara pragmatis. Seperti uang sogokan untuk memilih, keikut sertaan dalam organisasi yang di biaya calon (Proposal), karakter inilah yang banyak di Pedesaan dan masyarakat Urban Perkotaan, dengan Prinsip “kapan lagi kita bisa menikmati uang mereka, kalau jadi pasti mereka melupakan kita”. Inilah persoalan dan menciderai demokrasi yang merusak tatanan kehidupan barbangsa dan Bernegera yang saat ini bangsa Kita memerlukan pemimpin yang lebih Baik, Bertabat, Cerdas, berIntegritas dan memahami bangsa Ini. Karakter Ketiga adalah Pemilih Konserfatif, Pemilih ini banyak di desa-desa serta Faktor inilah yang memenangkan Jokowi JK di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Barat, Lebih-lebih di Sulawesi Selatan. Karena Persamaan Suku dan daerah asal. Kita memahami bagaimana Populasi Orang Bugis yang banyak tersebar dimana-mana, dan bagaiman pula populasi orang Jawa yang ada di daerah-daerah karena Program Transmigrasi yang ada. Kita tidak bisa pungkiri hal tersebut, karena kesamaan suku dan dearah inilah yang membentuk karakter serta idealisme Positif terhadap calon yang ada, contoh Jokowi Orang Jawa dan JK orang Bugis. Sehingga memang kemenangan di Sulawesi Tengah adalah hal yang wajar meskipun tidak semua karena factor karakteristik konserfatif tadi. Terlepas dari itu semua sebagai anak bangsa, kita adalah INDONESIA inilah pemilihan, dan Inilah hasilnya yang harus kita terima. Sebab banyak factor yang harus dilakukan oleh pemerintah dan utamanya pelaku Politik untuk lebih mencerdaskan masyarakat dalam memberikan edukasi Politik yang lebih baik, cerdas, Bermartabat, dan tentunya lebih Dewasa serta santun. Apapun pilihan kita, kita tetap orang Indonesia, kita tetap orang Sulawesi, perbedaan yang lalu adalah dinamika dan rahmat untuk menuju kepada hasil yang berkualitas tanpa harus mencederai demokrasi ini. Saya sebagai Generasi Muda. Tentu melihat ini adalah hal yang positif dalam menuju tatanan demokrasi yang lebih baik dan jujur. Damailah kita damailah Indonesiaku. Mahmud S. Laopo Sekertaris GEMA Sulteng

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama